Klikata.co.id|Ekonomi dunia akan 'gelap'. Ucap Presiden Jokowi dan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam beberapa kali pidatonya. Resesi ini diprediksi akan terasa dampaknya pada tahun 2023 nanti. Namun, dalam beberapa waktu belakangan ini, banyak negara yang sudah merasakannya seperti inflasi, naiknya suku bunga, rendahnya daya beli masyarakat hingga krisis energi di hampir seluruh Eropa. Namun, sebelum bahas lebih lanjut, mari kita bahas apa itu Resesi.
Banyak arti yang bisa ditafsir dari Resesi. Berdasarkan KBBI, resesi adalah kelesuan dalam kegiatan dagang, industri dan sebagainya (seolah-olah terhenti) atau menurunnya (mundurnya, berkurangnya) kegiatan dagang (industri). Namun, secara umum resesi dapat diartikan ketika ekonomi suatu negara mengalami produk domestik bruto (PDB) negatif, meningkatnya tingkat pengangguran, terjadi penurunan penjualan ritel dan terdapat kontraksi pendapatan dan manufaktur untuk jangka waktu yang lama. Bahkan, jika terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi atau stuck selama 2 kuartal dapat dinyatakan sebagai resesi. Oleh karena itu, bayang bayang resesi sangat mengancam kesejahteraan masyarakat di berbagai belahan dunia.
Resesi diduga terjadi karena terjadi guncangan ekonomi global secara beruntun. Diawali dengan pandemi covid-19 yang memukul mundur ekonomi di banyak sektor. Guncangan politik antara Irak dan Amerika yang secara tidak langsung mempengaruhi perekonomian negara negara di sekitarnya dan ricuhnya invasi Israel atas Palestina. Pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina yang juga menyebabkan embargo komoditas dimana kedua negara tersebut merupakan pemasok terbesar gandum dan minyak bumi. Hingga bocornya pipa gas 'nord stream' yang merupakan saluran pemasok gas terbesar untuk seluruh Eropa dari Rusia. Dan pada akhirnya terjadi krisis energi, krisis ekonomi dan krisis politik di waktu yang bersamaan.
Ada banyak faktor yang ikut memperparah resesi di tahun 2023 nanti. Salah satunya karena produksi dan konsumsi yang tidak seimbang. Nilai konsumsi yang terlalu tinggi akan menyebabkan kelangkaan dan naiknya harga jual barang yang tentunya menyumbang inflasi. Terlalu tingginya produksi juga menyebabkan penumpukan persedian barang dan menyebabkan jatuhnya harga barang yang membuat berkurangnya income atau pendapatan dari suatu transaksi. Ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi yang berkepanjangan dapat menurunkan daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat yang melemah juga memperlambat cashflow atau peredaran uang yang pada akhirnya uang hanya akan tersimpan dan lama-kelamaan akan tergerus oleh konsumsi yang tidak terkendali.
Tingginya konsumsi di suatu negara akan berbanding lurus dengan naiknya nilai impor. Akibatnya, negara tersebut akan defisit dan menghambat pertumbuhan ekonomi di negara nya. Parahnya, tingginya nilai impor dapat merusak persaingan barang-barang lokal dan merusak ekonomi masyarakat itu sendiri. Melemahnya daya beli masyarakat semua negara juga mengurangi nilai ekspor beberapa negara yang memiliki sumber devisa dari penjualan komoditi. Ujung-ujungnya, angka pengangguran semakin melambung.
Selain yang disebutkan tadi, sebenarnya ada lebih banyak lagi faktor yang menyebabkan gelapnya ekonomi di tahun depan dan semuanya saling berkaitan satu sama lain. Semua faktor dari politik, kesehatan, ekonomi saling memperparah kondisi satu sama lain dan diakumulasikan memburuknya kesejahteraan manusia tahun depan. Dan tidak kecil kemungkinan akan terjadi The Second Great Depression. Tapi apa kaitannya dengan konservasi?
Negara dimanapun di dunia ini, tentunya berjuang mencegah resesi nanti. Namun, akan lebih terfokus dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di negaranya. Seperti penggontoran dana anggaran masing masing negara untuk memutar lebih kuat cashflow dan mendukung tulang punggung perekonomian sebagai sumber pemasukan negara itu lagi. Tapi tidak dengan konservasi. Karena usaha konsrvasi dalam menjaga keanekaragaman hayati tidak secara langsung mendorong pertumbuhan ekonomi. Sehingga, besar kemungkinan banyak negara yang nantinya akan menutup sebelah mata dalam mendukung upaya konservasi.
Sebagai contohnya di sektor industri dan pertanian. Dalam krisis ekonomi, tiap negara tentunya akan berfokus dalam produksi komoditas yang memiliki nilai jual tinggi seperti sawit. Kebun sawit yang dibuat bersifat homogen akan merusak keanekaragaman hayati di suatu wilayah. Ditambah dengan banyaknya hutan lindung yang ikut dibuka dan dijadikan kebun sawit. Banyak hewan-hewan yang kehilangan tempat tinggal karena hutan mereka dialih fungsikan menjadi perkebunan. Dan begitu juga dengan kebun-kebun lainnya.
Jika kita perhatikan lagi, sebenanya ada banyak yang bisa kita lakukan dalam menyelaraskan usaha di sektor ekonomi dan upaya konservasi. Diantaranya seperti pengembangan hutan lindung untuk ekowisata sebagai sumber pendapatan di suatu daerah. Pelestarian keanekaragaman hayati dapat menarik wisatawan untuk datang mengikuti ekowisata di suatu daerah, apalagi dengan keanekaragaman hayati endemik. Wisatawan yang datang juga berpotensi untuk membeli produk-produk lokal di daerah tersebut, sehingga memaksimalkan pendapatan warga lokal dan pemerintahan setempat.
Di sektor perikanan dan kelautan juga dapat diselaraskan upaya konservasi dengan mendorong sektor ekonomi. Dengan menjaga ekosistem perariran, sumber daya hayati perairan dapat memberikan hasil yang lebih maksimal. Kita dapat mencegah pengrusakan dengan menghindari penumpahan minyak ke laut, menghindari penggunaan bom ikan dan pukat harimau, dan eksploitasi berlebihan. Kita dapat membantu melestarikan nya dengan menjaga terumbu-terumbu karang untuk tempat tinggal hewan laut. Dengan pemanfaatan sumber daya hayati yang maksimal, secara otomatis meningkatkan nilai produksi dan penjualan bagi para nelayan.
Bagi orang awam yang tidak terjun dalam hal-hal teknis sektor perekonomian, kita dapat membantu pertumbuhan ekonomi dan konservasi dengan mendukung regulasi-regulasi yang menjaga kelestarian sumber daya hayati di sekitar kita. Dengan menyuarakan dan berusaha menegakan keadilan terhadap kecurangan-kecurangan yang merusak upaya konservasi, kita sudah berperan penting dalam menjaga kelestarian alam kita. Edukasi juga dapat dijadikan sarana yang mudah untuk mengajak lebih banyak orang untuk peduli konservasi. Kita bisa mengajak orang disekitar kita menggunakan produk-produk lokal, berinvestasi di UMKM Indonesia, dan berinovasi untuk menciptakan lapangan kerja baru. Kita juga bisa menanam tanaman di halaman rumah kita, mengurangi penggunaan kertas, menghemat penggunaan listrik, menggunakan sepeda ketimbang kendaraan bermotor dan masih banyak hal lain yang bisa kita lakukan. Maka dari itu, yuk kita upayakan konservasi kita untuk menjaga kesejahteraan ekonomi dan bumi kita. (Ivan)
Penulis : Ivan Petrovsky/Mahasiswa FMIPA UNAND